Merah, Warna Asli Persija - ░▒▓█▀▄Forza★Persija▄▀█▓▒░
Headlines News :
Home » » Merah, Warna Asli Persija

Merah, Warna Asli Persija

Written By ForzaPersija on Monday, August 22, 2011 | 8/22/2011 05:24:00 AM




Banyak yang mengira orange adalah warna kebanggaan Persija. Tetapi jauh sebelum warna orange menjadi bagian Persija, warna merah-lah yang mengiringi perjalanan hidup Persija. Ya, generasi pendukung Persija sekarang mungkin hanya mengetahui satu warna yaitu orange, bila kita lihat jika Persija bertanding, anak muda Jakarta berbondong-bondong pergi ke Stadion Utama Gelora Bung Karno dengan memakai seragam berwarna orange.

Memang, hal ini terjadi karena Persija pada tahun 1997 mengubah identitasnya dari merah-sebagai warna tradisional menjadi orange. Tidak ada yang tahu pasti kenapa Persija merubah warna kebesarannya yang telah berpuluh-puluh tahun dipakai oleh para pendahulu mereka. Banyak yang bilang bahwa orange adalah warna kesukaan Bang Yos, tetapi ada pula yang bilang orange adalah warna pemda.

Tetapi, ya itu tadi, jauh sebelum orange, Persija bangga dengan warna merahnya. Warna yang memang sudah melekat sejak Persija masih bernama Voetballbond Indonesische Jacatra ( VIJ ) adalah pemberian dari para pendiri perkumpulan ini. Merah disebut-sebut sebagai representasi Indonesia, karena sejak dulu Batavia memang dipenuhi oleh bermacam-macam suku bangsa.

VIJ sendiri adalah perkumpulan sepakbola yang memang didirikan oleh para pemuda pribumi, untuk menyaingi perkumpulan sepakbola Batavia yang didirikan oleh Belanda, Voetballbond Batavia Omstraken ( VBO ). VIJ adalah cerminan perkumpulan Indonesia, pemain-pemainya bukan hanya terdiri dari orang-orang Betawi tetapi juga juga suku lain. Pemuda Betawi semacam A. Gani, Saridi bermain satu tim dengan Roeljaman, Soetjipto, Soetarno yang orang Jawa pun begitu pula dengan orang Sunda seperti Iskandar yang juga menjadi andalan pembobol gawang lawan.

VIJ bermarkas di Lapangan Petojo. Lapangan ini adalah sumbangan dari pemuda-pemuda Betawi untuk VIJ, tokoh Betawi M. Husni Thamrin punya andil besar dalam perkembangan VIJ terutama atas adanya Lapangan Petojo ini. Dari lapangan ini pula VIJ atau Persija berlatih sehingga mereka mampu menjuarai kompetisi tahun 1931, 1933, 1934 dan 1938.

Setelah era kemerdekaan , VIJ merubah namanya menjadi Persija pada tahun 1950. Persija kembali menunjukan taringnya sebagai perkumpulan Jakarta di dunia sepakbola Indonesia kala itu. Persija mampu membuat VBO meleburkan diri ke dalam Persija, otomatis klub-klub yang bernaung di bawah VBO bergabung dan berkompetisi di Persija. Sebutan Persija adalah Indonesia kala itu sangat kuat, dengan banyak pemain Persija yang memperkuat Indonesia. Nama-nama seperti Van Der Vin, Kris Ong, Tan Liong Houw ( Tanoto ), Kiat Kwee Sek, R. Pangemanan, Hong Sing, atau Djamiat Dalhar adalah pemain-pemain andalan Indonesia. Begitu pula di era 60an, andalan Indonesia seperti Sucipto Suntoro, Sinyo Aliandoe, Fam Tek Fong, Yudi Hadiyanto, Dominggus, Supardi, Reni Salaki, Surya Lesmana dan Didik Kasmara adalah pemain Persija bahkan pelatih legendaris Indonesia drg. Endang Witarsa juga berasal dari Persija.

Era 70an adalah eranya Persija, dimana sebelas pemain timnas adalah pemain Persija. Suaib Rizal dan Anjas Asmara pernah berbincang kepada saya bahwa saat itu Persija adala Timnas Indonesia dan Timnas Indonesia adalah Persija. Ya, warna Merah dan Putih adalah warna Persija dan Indonesia. Ini yang jarang diketahui oleh generasi Persija “hari ini”.

Warna adalah identitas, dan Persija dari awal sudah memilih merah sebagai identitasnya, warna yang penuh arti yang diberikan oleh para pendahulu. Kita tahu bahwa salah satu sifat manusia adalah membuat sejarahnya sendiri, maka jangan heran identitas kita bahkan bisa dibeli dengan uang hanya sekedar untuk pencitraan diri. Keegoisan para pemimpin atau pemilik modal memang telah mengubur sejarah lama, tetapi bila identitas Persija merah tuahnya sangat kuat, akan ada orang-orang yang berusaha untuk membalikan identitas awal Persija.

Magis, ya saya sempat mendengar bahwa Persija kualat tidak pernah juara karena mengganti identitas dari merah menjadi orange dan juga kesalahan fatal pemimpin kota ini dengan merubuhkan Stadion Menteng yang bertahun-tahun menjadi “rumah” Persija. Jika memang terbukti benar, ada baiknya Persija era sekarang berkaca pada masa lalu nya, saat ini yang tertinggal dari Persija hanya lambang didada para pemain Persija. Hanya itu yang tersisa.

Merah bukan sekedar warna buat Persija, tapi merah memiliki daya magis dan penuh arti bagi perjalanan panjang Persija. Sudah saatnya memberi kebenaran kepada generasi sekarang tentang pentingnya sejarah. Sejarah yang membawa kita pada hari ini dan sejarah pula yang membuat kita bisa melangkah ke masa depan, dan merah akan selalu menjadi warna dan bagian Persija walau “hari ini” terkikis oleh egoisnya identitas pemilik uang dan pemimpin kota ini demi sebuah pencitraan diri.

Sumber
Share this article :